
Jakarta - Kehadiran pemain naturalisasi dalam tiga tahun terakhir diakui membawa dampak signifikan bagi permainan Timnas Indonesia.
Sukses Timnas Indonesia melaju hingga putaran keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia tentunya tak lepas dari kontribusi pemain naturalisasi.
Nama-nama seperti Emil Audero, Jay Idzes, Calvin Verdonk, Ivar Jenner, Ole Romeny, Ragnar Oratmangoen, Joey Pelupessy, Justin Hubner, dan Kevin Diks membuat Skuad Garuda bisa bersaing di level teratas.
Bahu membahu dengan talenta-talenta lokal macam Rizky Ridho, Ricky Kambuaya, dan Yakob Sayuri, pasukan Patrick Kluivert bersiap melakoni putaran keempat melawan Arab Saudi serta Irak pada 8 dan 11 Oktober 2025.
Jika meraup dua kemenangan, bisa dipastikan Timnas Indonesia mengamankan satu tiket ke putaran final Piala Dunia 2026.
Sangat Membutuhkan Tenaga Naturalisasi

Terkait kontribusi pemain naturalisasi, mantan gelandang Timnas Indonesia, Andrian Mardiansyah, ikut mengamini.
"Kalau tanpa diperkuat pemain naturalisasi, intinya masih berat kalau masih pakai pemain lokal. Berat," kata Andrian Mardiansyah via kanal YouTube Bicara Bola belum lama ini.
"Pertama, kompetisi kita saja masih seperti ini karena itu nadinya tim nasional. Makanya kalau pakai asli Indonesia, kita masih belum bisa. Harus pakai pemain naturalisasi," imbuh eks pemain Persija Jakarta dan PSIS Semarang.
Menurut Andrian Mardiansyah, langkah yang ditempuh PSSI menghadirkan pemain-pemain naturalisasi selama ini sudah benar.
"Namun, kalau ke depannya ini mau seperti apa? Apa mau seperti ini terus atau tidak," ujar Andrian Mardiansyah.
Pemain Lokal Harus Bisa Bersaing

Andrian Mardiansyah setuju saja kalau PSSI menjadikan program naturalisasi sebagai proyek panjang, tapi perkembangan pemain lokal juga perlu berjalan beriringan.
"Setuju sih setuju, tapi kasihan juga pemain lokalnya. Sepak bola memang seperti itu, jadi pemain harus bisa bersaing. Kalau memang mau maju, ya ayo harus bersaing. Jangan kalah sama pemain naturalisasi. Intinya seperti itu," tukas Andrian Mardiansyah.
Lebih jauh pria berusia 46 tahun menuturkan, persaingan sudah menjadi risiko. Itu terjadi di mana saja, tak hanya di Indonesia. "Itu risiko. Sebagai pemain bola, memang harus seperti itu," tuntas Andrian Mardiansyah.